Minggu, 01 Mei 2011

Menangis Itu Indah

Sahabat, Ada sepenggal cerita dari sahabat Ibnu Mas’ud. Suatu saat Rasulullah saw berkata kepadanya, “Bacakan padaku Alquran!” “Bagaimana mungkin kubacakan Alquran untukmu, bukankah ia turun kepadamu?” jawab Ibnu Mas’ud. “Benar, namun aku ingin sekali mendengarnya dari orang lain,” jawab Rasulullah saw. Lantas Ibnu Mas’ud pun membaca surah An-Nisa’ hingga ayat (41) berikut: Bagaimanakah jika dari tiap umat Kami datangkan seorang saksi dan Kami bawa engkau sebagai saksi atas mereka.
Mendengar ayat tadi, Rasulullah pun bersabda, “Cukup, cukup sampai di sini…” Dan sekonyong-konyong air bening berleleran dari dua kelopak mata Beliau, menangis (HR. Bukhari).
Boleh jadi Sahabat, karena kita terlalu sering mendengar tangisan atau menyaksikan linangan air mata, sehingga peristiwa menangis dipandang biasa-biasa saja dalam kehidupan kita.
Padahal, menangis, sungguh, merupakan salah satu simbol dari tingkatan spiritualitas seorang hamba, yang tidak hanya terbatas sebagai ekspresi dari rasa sedih, kecewa, dan menyesal, tapi juga sebagai luapan rasa rindu yang menggebu dari seorang hamba kepada Khalik-nya.
Menangis adalah ungkapan paling jujur tentang suara batin manusia, yang melambangkan kepasrahan total seorang hamba pada Rabbnya.
Itulah sebabnya isak tangis gampang sekali menetes ketika ada kematian seseorang. Menangis adalah fenomena universal yang menghinggapi manusia sejagat; menangis juga merupakan peristiwa yang sangat manusiawi sekali, yang tidak hanya menimpa kita selaku manusia biasa, tapi juga seorang Nabi — sebagaimana terekam dalam kisah di atas.
Bahkan Sahabat, Rasulullah dikenal sebagai orang yang mudah sekali melelehkan air mata, yang juga ketika ditinggal mati istrinya tercinta Siti Khadijah dan anaknya Ibrahim dengan, tanpa meraung dan menjerit-jerit. Sebab, memang dilarang.
Sebagaimana halnya Rasulullah, bagi kita umat Islam menangis tidak hanya terhenti pada aspek manusiawinya belaka, tapi bagaimana ia juga tetap berdimensi agama, yang memantulkan ketaatan seorang hamba kepada Khalik-nya. Maka menangis menjadi amat sakral, yang semestinya tak pernah ada sebutan “air mata buaya”. Sebab, buayapun belum tentu pernah menangis. Karena menurut Abdullah Yusuf Ali — penulis The Holy Quran, menangis adalah ungkapan dari perasaan yang benar-benar khusyuk yang mudah tersentuh oleh kebenaran halus dan agung yang datang menyelinap ke dalam kalbu.

Doa suami dan istri …

Ya Allah andai semua layak bagi kami,
cukupkanlah permohonan kami dengan ridho-Mu,
Jadikanlah kami sebagai suami istri yang saling mencintai dikala dekat,
saling menjaga kehormatan dikala jauh,
saling menghibur dikala duka,
saling mengingatkan dikala bahagia,
saling mendo’akan dalam kebaikan dan ketaqwaan,
saling menyempurnakan dalam peribadatan
Ya Allah sempurnakanlah kebahagian kami
dengan menjadikan perubahan ini sebagai ibadah kepada-Mu
dan bukti ketaatan serta cinta kami kepada Sunnah Rasul-Mu
Yaa Allah
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini
telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa dalam taat pada-Mu,telah bersatu dalam dakwah-Mu,
telah berpadu dalam membela syari’at-Mu,
Kokohkanlah Yaa Allah ikatannya,
kekalkanlah cintanya, tunjukanlah jalan-jalannya
Penuhilah hati-hati ini
dengan Nur Cahaya-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan pada-Mu,
dan keindahan bertawakal pada-Mu
Nyalakanlah hati kami dengan ma’rifat pada-Mu
Matikanlah dia dalam syahid di jalan-Mu
Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung
dan sebaik-baik penolong. Amin
Sampaikanlah kesejahteraan Yaa Allah,
pada junjungan kami Muhammad SAW,
keluarga, dan sahabat-sahabatnya,
dan limpahkanlah kepada mereka keselamatan.
Amien….

LEBIH CANTIK DENGAN BERJILBAB

APAPUN ALASANNYA BERJILBAB ADALAH WAJIB HUKUMNYA

Ah, yang pentingkan hatinya !

Banyak SYUBHAT dilontarkan kepada kaum muslimah yg ingin berjilbab, SYUBHAT yg ngetrend dan biasa kita dengar adalah :

" Buat apa berjilbab kalau hati kita belum siap, belum bersih, masih sering suka 'ngerumpi' berbuat maksiat dan dosa-dosa lainnya, percuma dong pake jilbab ! Yang pentingkan hatinya ! "

SYUBHAT lainnya lagi adalah :

"liat tuh, kan ada hadist yg berbunyi : Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk (rupa) kalian, tapi Allah melihat pada hati kalian ... ! Jadi yg wajib adalah hati, menghijabi hati kalau hati kita baik maka baik pula keislaman kita walau tidak berkerudung !"

Benarkah demikian ukhtiii .... ???

( Tidaaaaaaaaaaakkk ......... !!!! )

Saudariku muslimah, semoga Allah merakhmatimu , siapapun yg berfikiran dan berpendapat demikian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah ta'ala memohon ampun atas kejahilannya dalam memahami syari'at yg mulia ini. Jika agama hanya berlandaskan pada akal dan perasaan maka rusaklah agama ini. Bila agama hanya berdasarkan kepada orang-orang yg hatinya baik dan suci, maka lihatlah disekitar kita ada orang-orang yg beragama nasrani, hindu atau Budha dan orang kafir lainnya.

Liahatlah dengan seksama ada diantara mereka yang sangat baik hatinya, lemah lembut, dermawan, bijaksana, apakah anda setuju untuk mengatakan mereka adalah muslim ? Tentu akal anda akan mengatakan "tentu tidak ! Karena mereka tidak mengucapkan syahadatain, perbuatan mereka menunjukkan bukan orang islam."

Tentu anda akan sependapat dengan saya bahwa kita menghukumi seseorang berdasarkan perbuatan yang nampak (zahir) dalam diri orang itu.

Lalu bagaimana pendapat anda ketika anda melihat seorang wanita dijalan tanpa jilbab, apakah anda bisa menebak wanita itu muslimah atau bukan ? Sulit menduga jawabannya karena secara lahir (zhahir) ia sama dengan wanita non muslimah lainnya. Ada kaidah ushul fiqih yg mengatakan "Al hukumu ala dzawahir amma al bawathin fahukmuhu ala llaah" artinya hukum itu dilaksanakan atas sesuatu yg nampak adapun yg batin hukum adalah terserah Allah.

Rasanya tidak ada yg bisa menyangsikan kesucian hati ummahatul mukminin (istri-istri Rasulullah SAW). Begitu pula istri-istri sahabat nabi yg mulia (shabiyat). Mereka adalah wanita yg paling baik hatinya, paling bersih, paling suci dan mulia.

Tapi mengapa ayat hijab turun agar mereka berjilbab dengan sempurna (lihat QS : 24 ayat 31 dan QS : 33 ayat 59) tidak ada satupun riwayat termaktub mereka menolak perintah Allah Ta'ala. Justru yg kita dapati mereka merobek tirai mereka lalu mereka jadikan kerudung sebagai bukti ketaatan mereka.

Apa yg anda ingin katakan ? Sedangkan mengenai hadist diatas, banyak diantara saudara kita yg tidak mengetahui bahwa hadist diatas ada sambungannya. Lengkapnya adalah sbb:

Dari Abu Hurairah, Abdurrakhman bin sakhr r.a , dia berkata, Rasulullah bersabda : "sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan tidak juga pada bentuk rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian" (HR. Muslim 2564/33).

Hadist diatas ada sambungannya yaitu pada nomor hadist 34 sbb:

"sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian juga harta kalian, tetapi dia melihat hati dan perbuatan kalian." (H.R. Muslim 2564/34)

Semua adalah seiring dan sejalan , hati dan amal. Apabila hanya hati yg diutamakan niscaya akan hilang sebagian syari'at yg mulia ini.

Tentu kaum muslimin tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat 5 waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, membayar zakat dan sedekah atau bersusah payah menghabiskan harta dan tenaga untuk nenunaikan ibadah lainnya.
Tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah) cukup mengendalikan hati saja, toh mereka akan sebaik-baik manusia diatas muka bumi ini. Akan tetapi justru sebaliknya mereka adalah orang yg sangat giat beramal.

Lihatlah satu kisah indah diantara kisah-kisah indah lainnya. Urwah bin Zubair r.a misalnya, ayahnya adalah Zubair bin Awwam, ibunya adalah Asma binti Abu Bakar, kakeknya Urwah adalah Abu Bakar Ash-Shidak, bibinya adalah Aisyah r.a istri Rasulullah SAW.
Urwah lahir dari nasab dan keturunan yg mulia jangan ditanya tentang hatinya. Ia adalah orang yg paling lembut hatinya toh masih bersusah payah giat beramal, bersedekah dan ketika shalat ia bagaikan sebatang pohon yg tegak tidak bergeming karena lamanya ia berdiri ketika shalat.

Aduhai ..... , betapa lalainya kita ini ..., banyak memanjakan angan-angan dan harapan padahal hati kita tentu sangat jauh suci dan mulianya dengan generasi pendahulu kita, wallahu'alan bish-shawab.


Muraja'ah oleh Ustad. Eko Hariyamnto Lc
*Mahasiswa Paskah Sarjana Fakultas Syari'ah Unerversitas. Imam Ibnu saud, Riyadh K.S.A

Al-Quran Online