Rabu, 23 Maret 2011

Kebahagiaan Itu Ada di Dasar Hati


Mungkin bukan rahasia umum lagi, kalau Sengata itu kota yang paling susah air. Bisa-bisa air itu barumengalir seminggu sekali, dan itu digilir dari daerah ke daerah. Dan itu pula yang ku alami selama tinggal di sana.
Aku adalah anak kost, kebetulan kostku gabung antara laki-laki dan perempuan. Susah mencari kost yang khusus untuk perempuan di sini, karena mayoritas para pekerja yang hanya butuh tempat tidur saja apabila malam hari. Tapi kostku walaupun campur, khusus wanita berada di loteng atas, dan laki-laki di kamar-kamar bawah. Tapi kami jarang bercampur ataupun ngobrol seenaknya saja, karena waktu untuk bertemu minim sekali.

Di kostku mayoritas para pekerja, ada di pemerintahan, bank dan swasta. Di kamar atas hanya 2 kamar yang dihuni aku dan temanku. Di kamar bawah dihuni oleh beberapa kamar yang kesemuanya laki-laki, dan ada satu kamar yang dihuni oleh orang yang sudah berkeluarga. Mereka memiliki 1 anak yang berumur 3 tahun.
Mungkin bagi bujangan seperti kami, menggunakan air seminim mungkin itu wajar, apalagi laki-laki mungkin tidak seribet wanita yang mengharuskan ini, itu terhadap diri sendiri. Tapi tidak para lelaki di kostku, mereka tetap ‘cerewet’ dengan sedikit air. Sehingga kadang yang menjadi sasaran adalah 1 keluarga yang menempati kamar bawah.
Aku bisa maklum, karena selain punya anak berumur 3 tahun yang masih ngompol, kebutuhan mereka akan air juga begitu boros. Terkadang mencuci menggunakan mesin cuci 2 hari sekali, sehingga bibi yang mencuci pakaian kami sering mengeluh. Dan para ‘penduduk’ kost sering bertanya-tanya mengapa tidak mencari rumah sewaan, atau ‘barak’an yang lebih layak untuk keluarga. Mungkin bagiku wajar ‘penduduk’ kost mengeluh seperti itu,…
Aku sering ngobrol dengan keluarga itu, kebetulan istrinya adalah teman kerjaku. Sore itu sepulang dari liqa’ aku ‘mampir’ sebentar di kamar mereka. Di tengah percakapan yang hangat, tak sengaja terbersit pertanyaanku akan keputusan mereka menempati kamar kost, yang mungkin bagi sebagian orang yang berkeluarga tinggal di kamar petak 3×5 itu tidak memuaskan.
Betapa terkejutnya aku dengan sebuah kata-kata yang membuatku terdiam dan berpikir lebih jauh. ”Dulu kami pernah tinggal di perumahan Rin, meskipun air di sana mudah, tapi kami merasa sepi di sana. Tetangga di sana sangat individu, memang di sana apa-apa enak, tapi kami lebih bahagi hidup bersama-sama dengan tetangga banyak seperti ini,..” Itulah jawaban spontan sang istri. Aku terdiam dan terdiam,..
Mungkin aku selalu berpikir, selama ini harta, uang, dan semua fasilitas hidup adalah hal yang paling membahagiakan. Tapi di tengah semua ‘fasilitas’ itu kita mungkin tidak merasa puas dan bahagia. Ada hal lain, ada ‘berlian’ yang harus kita gali dan kita cari dalam-dalam hingga kita merasa puas dan bahagia.
Kebahagiaan,… itulah kata-kata yang gampang diucapkan tapi sulit untuk dijangkau bila kita tidak meresapi dan mendalami apa yang kita hadapi. Apa guna hidup bergelimang harta, apa guna semua ada tapi hati sepi dan tidak bahagia,.. Seperti kata temanku ‘lebih baik hidup sederhana tapi berkah daripada harus hidup penuh dengan harta tapi tertekan dan hampa,.. Mencari ‘berlian’ itu tidaklah mudah. Mencari ‘berlian’ itu harus menggali dasar hati, mencari di sisi terang diri, mungkin dengan sekelumit pertanyaan yang hanya bisa kita jawab pada diri sendiri.. Apakah aku bahagia dengan kehidupan yang aku jalani sekarang? Apakah aku ikhlas dan rela dengan ‘hadiah’ Allah akan hidupku saat ini?
Selama ini aku merasa hidup ini ‘cukup’ karena mungkin aku tidak tau lagi bagaimana rasanya kalau aku dapat ‘hidup lebih’. Mungkin aku akan menjadi orang yang sombong atau tamak dengan orang lain,..? Mungkin jawaban itu hanya kita yang tau dan hanya kita yang bisa menjawab, dan apabila kita bisa menjawab berarti kita bisa menemukan dimana ‘berlian’ itu disimpan,…
Sejak aku tau jawabannya, setelah itu aku tidak pernah lagi ‘ikut’ mengeluh akan kekurangan air,.. Biar kurang air yang penting cukup bagiku dan aku bahagia dengan ini,.. Aku bahagia dengan kehidupan yang sederhana ini, dengan gelak tawa teman-teman yang jika air habis hanya mandi setengah ember tapi masih bisa keramas,..
Mungkin begitulah hidup yang harus kita jalankan,.. Kita harus bahagia seperti apapun itu yang dipilihkan Allah untuk kita, karena itulah yang terbaik,… dan Dia yang lebih tau diri kita daripada kita sendiri, Dia yang Maha Tahu keinginan kita tanpa kita meminta kepadaNya,.. Mungkin itulah yang membuatku selalu merasa bersyukur dengan keadaanku sekarang,… ternyata kita lebih baik dari orang yang di luar sana ,..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Al-Quran Online